Scroll untuk baca artikel
Ultah Selajur[/caption]attachment wp-att-2256">
Daerah

Angka Kematian Ibu di Kaltim Melonjak, 26 Kasus Jadi Peringatan Serius

30
×

Angka Kematian Ibu di Kaltim Melonjak, 26 Kasus Jadi Peringatan Serius

Sebarkan artikel ini
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr Jaya Mualimin.(Dok)

SELAJUR.COM, SAMARINDA – Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memantik kekhawatiran. Sepanjang Mei 2025, sebanyak 26 ibu meninggal dunia di seluruh wilayah sebutan Benua Etam itu.

Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan tantangan serius dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di Bumi Etam.

“Setiap kasus kematian ibu adalah kehilangan besar dan menjadi indikator dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Jaya Mualimin dikonfirmasi media ini, belum lama ini.

Laporan Dinkes merinci, Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mencatat angka tertinggi, masing-masing dengan enam kasus.

Sementara itu, Kota Balikpapan menyusul dengan empat kasus, kemudian Kabupaten Paser, Kutai Barat, dan Mahakam Ulu masing-masing dua kasus. Kutai Timur mencatat kurang dari tiga kasus, dan Berau satu kasus.

Hanya Bontang dan Penajam Paser Utara yang tercatat nihil kematian ibu pada periode tersebut.

Jaya menjelaskan, untuk menekan angka ini, Dinkes Kaltim terus mengoptimalkan berbagai program strategis.

Salah satunya adalah memperkuat program pemeriksaan kehamilan rutin, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan, serta memperkuat sistem rujukan terpadu.

Fokus utama juga diberikan pada Audit Maternal Perinatal Surveilans Respons (AMP-SR).

Program ini, kata Jaya, memastikan setiap kasus kematian ibu dan bayi tidak hanya dicatat, tetapi juga dianalisis secara komprehensif untuk merumuskan rekomendasi perbaikan.

AMP-SR mencakup identifikasi kasus, pelaporan, pengkajian mendalam, hingga respons tindak lanjut.

Analisis data terkini mengungkap, dugaan penyebab kematian ibu di Kaltim didominasi oleh komplikasi non-obstetrik(penyakit penyerta di luar kehamilan) sebesar 42 persen.

Disusul oleh hipertensi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas yang menyumbang 38 persen, serta perdarahan obstetrik sebesar 12 persen.

BACA JUGA:  Wasekum HMI Badko Kaltim-Tara Kritisi RUU Polri, Potensi Hidupkan Otoritarianisme Versi Baru

“Data ini menjadi dasar bagi kami untuk melakukan evaluasi mendalam dan menyusun strategi yang lebih efektif ke depan,” pungkas Jaya.

 

[RUL/SET]

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!