Scroll untuk baca artikel
Ultah Selajur[/caption]attachment wp-att-2256">
Cerdik

Antologi Puisi “Karya Sultan Musa”

139
×

Antologi Puisi “Karya Sultan Musa”

Sebarkan artikel ini

Penulis: Sultan Musa.(*)


PELABUHAN SAMARINDA

Masih bergelimang keramaian

sanak perantau di tempat ini

Raut perantara merekam kota

Bertempur pandangan Tuan, Pun berlayar sampai belenggu terlepas


Dalam perjalanan…….pada setiap kejadian

walau hanya mengubur batu

sekelumit leburan mimpi Puan,

berjalan ke ujung bebas diri bercerita

Yang mencari jalan……pada setiap perasaan

Walau hanya menggantung awan

sungguh lihai pesan tersirat

menyingkap bahtera raga kapal

terselip layar pertemuan

meliuk layur perpisahan

dari gemuruh Kota Tepian

Terus memungut selarik gelombang

mengetuk riak Sungai Mahakam

mengalir deras di hulu nadi

membaca nyawa titian peradaban

masih mengaung keras ketinting

Riuh pulang tak berjawab

terperangkap berbagai kisah

saling mengetuk dengan kesan

lewat cerita sendiri – sendiri

Dan kapal – kapal tetap berlabuh

sesekali mengintip senja yang menghilang

Lalu berlayar kembali,

terdengar para pengelana membisikkan serpihan doa menjadi rahasia sebaik-baik ombak

…Berseru pikiran bertemu…karena keputusan yang damai …merelakan jiwa berpisah…karena yakin ada yang pergi

Sepanjang apapun laju hari Pelabuhan Samarinda segalanya tetap ada

Yang berlabuh meski hanya dalam pertemuan atau hanya dalam perpisahan semua itu terenyuh suatu riak

Berlayar atas nama kenangan walau berlayar jauh, pelabuhan ini pastikan riak ombak panggilmu kembali

Samarinda, 2023.


JEMBATAN MAHAKAM

Aku berdiri di antara kokohmu

sembari menikmati pemandangan perahu bergerak menyadarkanku bahwa ada yang tak berakhir ketika kisah bergulir

Begitu besar makna kejayaanmu

Aku bersandar diantara tiangmu

sesekali melihat ketinting berderu riak

menyapaku seakan mengisi ruang jiwa

dari keheningan yang selalu jatuh diterik waktu

Dan, aku masih disini Menyaksikan pula kapal ponton melambai

Pelan mengisi segumpal ruang

membawa pergi mutiara hitam dengan pintu tertutup sepi Kisah asamu terus hadir

Meski dijalin pada awalnya, kau sendiri

namun kini, ada yang menemanimu

sebuah jembatan yang berjanji takkan sirna lupa berteduh Kisahmu terus bergema dalam pikiran tenggelam dalam balada Sape

Mendengar suara sepasang sayap jembatan ini,

‘Dimulai dari untuk selamanya’ dan akan selalu menjadi ‘satu kisah untuk hari lain’.

Samarinda, 2023.
(Klik Laman Selanjutnya—->)

BACA JUGA:  “Jurit Malam Di Lapangan Terlarang”
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!