Penulis: Sultan Musa.(*)
PELABUHAN SAMARINDA
Masih bergelimang keramaian
sanak perantau di tempat ini
Raut perantara merekam kota
Bertempur pandangan Tuan, Pun berlayar sampai belenggu terlepas
Dalam perjalanan…….pada setiap kejadian
walau hanya mengubur batu
sekelumit leburan mimpi Puan,
berjalan ke ujung bebas diri bercerita
Yang mencari jalan……pada setiap perasaan
Walau hanya menggantung awan
sungguh lihai pesan tersirat
menyingkap bahtera raga kapal
terselip layar pertemuan
meliuk layur perpisahan
dari gemuruh Kota Tepian
Terus memungut selarik gelombang
mengetuk riak Sungai Mahakam
mengalir deras di hulu nadi
membaca nyawa titian peradaban
masih mengaung keras ketinting
Riuh pulang tak berjawab
terperangkap berbagai kisah
saling mengetuk dengan kesan
lewat cerita sendiri – sendiri
Dan kapal – kapal tetap berlabuh
sesekali mengintip senja yang menghilang
Lalu berlayar kembali,
terdengar para pengelana membisikkan serpihan doa menjadi rahasia sebaik-baik ombak
…Berseru pikiran bertemu…karena keputusan yang damai …merelakan jiwa berpisah…karena yakin ada yang pergi
Sepanjang apapun laju hari Pelabuhan Samarinda segalanya tetap ada
Yang berlabuh meski hanya dalam pertemuan atau hanya dalam perpisahan semua itu terenyuh suatu riak
Berlayar atas nama kenangan walau berlayar jauh, pelabuhan ini pastikan riak ombak panggilmu kembali
Samarinda, 2023.
JEMBATAN MAHAKAM
Aku berdiri di antara kokohmu
sembari menikmati pemandangan perahu bergerak menyadarkanku bahwa ada yang tak berakhir ketika kisah bergulir
Begitu besar makna kejayaanmu
Aku bersandar diantara tiangmu
sesekali melihat ketinting berderu riak
menyapaku seakan mengisi ruang jiwa
dari keheningan yang selalu jatuh diterik waktu
Dan, aku masih disini Menyaksikan pula kapal ponton melambai
Pelan mengisi segumpal ruang
membawa pergi mutiara hitam dengan pintu tertutup sepi Kisah asamu terus hadir
Meski dijalin pada awalnya, kau sendiri
namun kini, ada yang menemanimu
sebuah jembatan yang berjanji takkan sirna lupa berteduh Kisahmu terus bergema dalam pikiran tenggelam dalam balada Sape
Mendengar suara sepasang sayap jembatan ini,
‘Dimulai dari untuk selamanya’ dan akan selalu menjadi ‘satu kisah untuk hari lain’.
Samarinda, 2023.
(Klik Laman Selanjutnya—->)