Scroll untuk baca artikel
Ultah Selajur[/caption]attachment wp-att-2256">
Ragam

Badai PHK Hantam Bandung, Ekonomi RI di Ujung Tanduk Akibat Tarif AS dan Banjir Impor

68
×

Badai PHK Hantam Bandung, Ekonomi RI di Ujung Tanduk Akibat Tarif AS dan Banjir Impor

Sebarkan artikel ini
Dalam diskusi "Gempuran Tarif AS: Ekonomi Indonesia di Ujung Tanduk? Dialog Kritis Mencari Solusi" yang digelar Suara.com dan Core Indonesia di El Hotel Bandung, Selasa (20/5/2025).(Dok)

SELAJUR.COM, BANDUNG – Industri ekspor Indonesia, terutama di Jawa Barat, tengah megap-megap. Ancaman tarif baru Amerika Serikat (AS) dan gempuran produk impor memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, khususnya di sektor tekstil.

Para ekonom, pengusaha, dan pemangku kebijakan mendesak pemerintah segera mencari solusi konkret untuk menyelamatkan ekonomi domestik.

Dalam diskusi “Gempuran Tarif AS: Ekonomi Indonesia di Ujung Tanduk? Dialog Kritis Mencari Solusi” yang digelar Suara.com dan Core Indonesia di El Hotel Bandung, Selasa (20/5/2025).

Pemimpin Redaksi Suara.com, Suwarjono, blak-blakan soal kondisi genting ini. “Perlambatan ekonomi sudah terasa. Bandung kami pilih karena sentra ekspor nasional—tekstil, alas kaki, furnitur—kini sedang tertekan,” ujarnya.

Data berbicara. Januari 2025, ekspor nonmigas Jawa Barat ke AS mencapai $499,53 juta atau 16,62% dari total ekspor provinsi. Dari Bandung sendiri, ekspor ke AS pada Maret 2025 tembus $7,7 juta. Namun, di balik angka itu, PHK massal tak terhindarkan, terutama di industri tekstil dan produk tekstil (TPT).

Pesanan merosot, persaingan dengan impor kian sengit. Tarif baru AS dikhawatirkan makin menekan ekspor, sementara banjir impor membuat industri dalam negeri terhimpit.

Perang Dagang, Impor Ilegal, dan Pungli: Cobaan Bertubi-tubi

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, Ph.D., membeberkan gambaran suram. Indonesia menghadapi risiko serius akibat perang dagang AS-Tiongkok. Ekspor Tiongkok ke AS anjlok 10,5% pada 2025, sementara ke ASEAN malah melambung 19,1%.

“Perhitungan CORE menunjukkan potensi impor ilegal dari Tiongkok mencapai $4,1 miliar, dengan kerugian negara sekitar Rp 65,4 triliun,” ungkap Faisal.

Situasi makin parah dengan perlambatan ekonomi global dan tertekannya nilai tukar rupiah.

Prof. Rina Indiastuti dari Universitas Padjadjaran menambahkan, industri Jawa Barat, khususnya tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki, sudah keok. Banyak perusahaan merugi, gulung tikar, dan terpaksa PHK karyawan.

BACA JUGA:  Irawan Heru Suryanto Dorong Penguatan Ekonomi Lokal di PPU

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik, tak bisa menyembunyikan keresahannya.

Halaman Selanjutnya >>

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!