SELAJUR.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, Indonesia merupakan negara net importer atau pengimpor bersih beras.
Artinya, mengutip definisi di laman investopedia, net importer adalah negara yang membeli lebih banyak barang dari negara lain dalam perdagangan global, dibandingkan menjualnya ke negara tersebut dalam periode waktu tertentu.
BPS mencatat, ketergantungan Indonesia akan beras impor berpotensi semakin meningkat.
Hal itu disampaikan Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi, pada Selasa (16/1/2024).
Mengutip paparannya saat rapat tersebut, terungkap pada tahun 2019-2022, mayoritas beras yang masuk ke Indonesia merupakan beras khusus. Seperti glutinous rice (HS 10063030), basmati rice (HS 10063050), dan broken rice (10064090).
Pada tahun 2023, pemerintah kembali mengimpor beras konsumsi, yaitu semi milled or wholly milled rice (HS 10063099).
“Indonesia merupakan net importer beras. Kalau dilihat ketergantungan kita akan beras impor, ada tren meningkat,” kata Amalia dikutip Selasa (16/1/2024).
Dia pun menjabarkan asal impor beras Indonesia. Yaitu, pada periode Januari-Juli 2023, sumber utama impor beras terbesar berasal dari Thailand, Vietnam, India, dan Pakistan.
“Impor beras terbesar sepanjang Januari-Juli 2023 berasal dari Thailand dengan volume 658 ribu ton atau mencakup 49,39% dari total impor beras,” demikian mengutip paparan Amalia.
Dijabarkan, impor beras dari Vietnam pada periode sama adalah sebanyak 561 ribu ton atau dengan porsi 42,11%, kemudian dari India 66 ribu ton dengan porsi 4,93%, lalu Pakistan sebanyak 43 ribu ton dengan porsi 3,21%.
Impor beras Januari-Juli 2023 sebesar 1,33 juta ton didominasi semi milled or wholly milled rice dengan porsi 87,43%,” seperti tertulis dalam paparan tersebut.
Seperti diketahui, pemerintah memerintahkan Perum Bulog mengimpor beras konsumsi untuk mengisi cadangan beras pemerintah (CBP) yang terus menyusut sejak akhir kuartal tahun 2022 lalu. Di saat bersamaan, harga beras merangkak naik sejak Agustus 2022, dan dalam sebulan terakhir terus melonjak signifikan, bahkan berulang kali cetak rekor.
Pada akhir tahun 2022, Bulog diperintahkan mengimpor 500 ribu ton beras, yang realisasinya berlanjut sampai awal tahun 2023.
Kemudian, pada Maret 2023, Bulog kembali diperintahkan mengimpor 2 juta ton beras. Di mana, hingga saat ini, proses pemasukan masih terus berjalan.
Mengutip paparan Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Epi Sulandari dalam rapat yang sama, dari total kuota impor yang ditugaskan, sisa yang dijadwalkan masuk pada periode 1 September-31 Desember 2023 adalah sebanyak 453 ribu ton.
“Impor tahap I dan II sudah selesai dengan total realisasi sebesar 801.185 ton,” kata Epi.
“Kita sudah sampai kontrak tahap IV. Kami tidak bisa melakukan kontrak besar karena terkait dengan posisi harga dan kemampuan atau kemauan mereka menjual ke Indonesia,” pungkasnya.
Berikut perkembangan pengadaan beras impor Bulog Akhir tahun per 30 Desember 2023. (mengutip paparan Epi Sulandri):
– impor (penugasan 2 juta ton)
1) realisasi bongkar:
tahap I: 502.798 ton
tahap II: 298.387 ton
tahap III: 138.054 ton
2) sedang bongkar:
tahap III: 55.352 ton
3) rencana kedatangan:
dalam perjalanan: 31.140 ton (tahap III)
proses muat: 13.700 ton (tahap III)
12.300 ton (tahap IV)
proses packing: 27.650 ton (tahap III)
87.200 ton (tahap IV).
Sumber: Kompas.