SELAJUR.COM, SAMARINDA – Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Deni Hakim Anwar menyebut, maraknya kasus kekerasan pada anak dipicu adanya ketidakstabilan mental ibu secara psikis dalam menghadapi tumbuh kembang anak.
Politisi Gerindra itu menambahkan, juga berlaku pada ibu sambung dari suami keduanya merupakan satu diantara faktor pemicu maraknya kekerasan terhadap anak di perkotaan.
Kekerasan terhadap anak, terutama di perkotaan, seringkali dilakukan ibu-ibu yang mengalami tekanan mental dan ekonomi, atau harus memikul beban yang berat, baik secara fisik, mental, maupun ekonomi, yang tak pernah ia bayangkan sebelum nikah.
“Hal ini dapat memicu frustasi dan anaknya dijadikan pelampiasan kemarahan,” terangnya kepada awak media,
Menurut Deni, kekerasan orang tua terhadap anak ini, sebetulnya bisa dicegah kalau keluarga memberikan bimbingan kepada anak sebelum menikah, atau ada lembaga yang memberikan konseling sebelum pernikahan.
“Bimbingan pranikah dan adanya lembaga konseling, kunci mencegah terjadinya kekerasan dalam keluarga, yang korbannya sebagian besar adalah anak dan ibu,” ujarnya.
Ia juga menerangkan, konseling di bidang agama dan kesehatan jiwa dapat membantu calon pengantin untuk mempersiapkan diri secara mental dan spiritual untuk pernikahan dan kehidupan rumah tangga.
“Tapi sekarang problemnya, banyak pernikahan modalnya hanya “cinta” suka sama suka tanpa membayangkan akan menghadapi berbagai masalah setelah nikah,” kata Deni lagi.
Deni kembali mengingatkan kembali, konseling sebelum pernikahan dapat membantu calon pengantin untuk memahami peran dan tanggung jawab mereka sebagai orang tua, serta bagaimana menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan rumah tangga, termasuk masalah ekonomi.
Deni berharap pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih serius terhadap isu kekerasan pada anak dan mengimbau masyarakat untuk lebih aktif mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dengan meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap anak-anak di lingkungan sekitar.
“Kita berharap para orang tua harus lebih meningkatkan kesadaran untuk mengasuh anak. Jangan sampai tak harmonisnya rumah tangga juga berdampak pada pertumbuhan psikologi anak,” pungkasnya.
[ADV/SET/RED]