SELAJUR.COM, KUTIM – Desa Persiapan Kerayaan-Bilas, Kecamatan Sangkulirang sukses menggelar festival adat budaya Erau Dayak Basap yang ke-4 di setiap tahunnnya, pada, Sabtu (19/10/2024).
Acara Erau tersebut bertemakan “Kensedan Mahiyat Tali Patuhangan” yang berartikan mengikat tali persaudaraan khususnya sesama warga Kutai Timur.
Kegiatan ini turut di hadiri Anggota DPRD Kabupaten Kutai Timur, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Pangeran Gunung Tabur Kabupaten Berau dan beberapa tokoh masyarakat lainnya.
Ketua adat Desa Persiapan Kerayaan-Bilas, Asmuni mengungkapkan bahwa acara Erau pada tahun 2024 ini adalah kegiatan yang paling besar daripada Tahun sebelumnya.
“Iya ini adalah acara erau ke empat di Desa kami (Kerayaan-Bilas), karena kami mengundang desa-desa lain bahkan sultan gunung tabur berau pun juga hadir di acara kami ini” ungkap Asmuni.
Kemudian, Ia mengatakan acara Erau ini bertujuan untuk mengikat tali persaudaraan sesama masyarakat Kutai Timur.
“adapun acara adat kami sesuai tema yang ada (KENSEDAN MAHIYAT TALI PATUHANGAN) yaitu untuk mengikat tali persaudaraan sesama masyarakat, meskipun kita berbeda suku, agama tetapi kita tetap satu sebagai masyarakat Kutai Timur” jelas Asmuni.
Di sisi lain, Anggota DPRD Kabupaten Kutai Timur, Akhmad Sulaeman atau dikenal H. Tamma sangat mengapresiasi kegiatan budaya Erau Dayak Basap Desa persiapan Kerayaan-Bilas.
“Alhamdulillah ini kegiatan yang cukup bagus dan perlu dilestarikan, karena kita ketahui di Kutai Timur ini banyak sekali bermacam-macam suku bangsa dan budayanya” Ujar Ahmad Sulaiman
“Apalagi saya sendiri di komisi D ya tentu saja membidangi kebudayaan, maka dari itu kegiatan kebudayaan tentunya saya support semaksimal mungkin”, sambungnya.
Terakhir, Politik Pertai Demokrat ini juga berharap kepada orang tua untuk bisa mengajarkan arti dan makna dari sebuah budaya tersebut.
“Saya harap juga orang-orang tua kita agar bisa memberi pembelajaran kepada anak-anak sebagai generasi penerus karena kenapa, kita tidak mau kebudayaan kita hilang dan pudar akibat tidak adanya generasi penerus untuk melestarikan adat budaya tersebut”, tutupnya.
[NUR/SET]