SELAJUR.COM, KUKAR – Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) terus menumbuhkan kreativitas generasi muda lewat dunia perfilman.
Melalui Bidang Kebudayaan, Disdikbud Kukar menggelar Workshop Festival Film Dokumenter 2025, yang berlangsung di Gedung Serbaguna Disdikbud Kukar, Selasa (7/10/2025), sore.
Kegiatan ini diikuti para pelajar tingkat SMP dari berbagai kecamatan. Mereka diajak memahami proses pembuatan film dokumenter mulai dari tahap perencanaan, produksi, hingga pascaproduksi.
Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo, menjelaskan bahwa workshop ini menjadi wadah bagi siswa untuk menyalurkan ide kreatif sekaligus memperdalam nilai budaya daerah melalui media film.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman kepada para siswa SMP, khususnya sineas muda, tentang bagaimana proses pembuatan video atau film pendek. Mereka dibekali pengetahuan mulai dari tahap perencanaan, produksi, hingga pascaproduksi,” ujar Puji sapaan akrabnya usai pembukaan kegiatan.
Mengangkat tema kebudayaan, kegiatan ini sekaligus memperingati hari lahir Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sallehuddin II, sosok yang menjadi simbol kebudayaan lokal di Kutai Kartanegara.
“Kegiatan ini sejalan dengan tugas kami di bidang kebudayaan, dan bertepatan pula dengan hari lahir Sultan Sallehuddin II yang menjadi simbol masyarakat kebudayaan,” terangnya.
Puji mengatakan, tema budaya dipilih untuk mendorong para peserta menggali nilai-nilai lokal dari lingkungan sekitar, lalu mengemasnya dalam bentuk karya film dokumenter. Dengan begitu, karya yang dihasilkan dapat menjadi cerminan kekayaan budaya daerah.
Workshop ini diikuti 13 sekolah dari berbagai wilayah di Kukar, di antaranya siswa dari kecamatan Tenggarong, Tenggarong Seberang, Muara Wis, Kenohan, Loa Kulu, dan Loa Janan. Walaupun awalnya pihak Disdik menargetkan peserta dari 20 kecamatan, keterbatasan teknis membuat kegiatan tahun ini cukup dibatasi.
Lebih lanjut setelah mengikuti pelatihan selama dua hari, peserta akan diberi waktu satu minggu untuk memproduksi film dokumenter berdurasi pendek.
Hasil karya mereka akan diputar dan dinilai oleh panitia sebelum diumumkan pada akhir tahun 2025.
“Setelah dua hari workshop, kegiatan berlanjut ke tahap produksi. Para siswa diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan karyanya, yang kemudian akan diputar dan dinilai oleh panitia,” jelas Puji.
Maka dari itu, Puji berharap kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan teknis, tetapi juga menumbuhkan kecintaan siswa terhadap budaya dan lingkungan sekitarnya.
“Kami ingin para siswa tidak hanya memahami cara membuat film, tapi juga mampu mengangkat cerita dari kehidupan dan budaya masyarakat mereka sendiri,” tutupnya.
[RED/SET]


















