SELAJUR.COM, SAMARINDA – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ananda Emira Moeis, menyoroti urgensi transformasi sektor pertanian di Kaltim. Menurutnya, tantangan utama bukan lagi sekadar peningkatan produksi pangan, tetapi pada bagaimana mengubah wajah pertanian menjadi lebih modern, menarik, dan inklusif bagi generasi muda.
Menurut Ananda, potensi Kaltim untuk menjadi lumbung pangan regional sangat besar. Namun, tanpa inovasi dan regenerasi petani, potensi itu akan sulit diwujudkan secara berkelanjutan.
“Pertanian kita tidak cukup hanya didorong dengan perluasan lahan. Kita butuh perubahan pendekatan, dari tradisional ke modern,” ujar Ananda.
Ia menyebut bahwa keterlibatan generasi muda menjadi kunci dalam proses transformasi ini. Saat ini, katanya, sektor pertanian masih didominasi oleh generasi tua, sementara minat anak muda terbilang minim.
“Padahal pertanian modern kini sudah sangat berbasis teknologi. Ada pertanian presisi, drone untuk pemantauan tanaman, smart irrigation, dan berbagai sistem digital lain yang justru sangat akrab dengan dunia anak muda,” jelasnya.
Ananda menyoroti perlunya pemerintah menyusun strategi promosi dan edukasi yang lebih adaptif terhadap minat dan pola pikir generasi muda.
Ia mendorong agar program pertanian tidak hanya berbentuk bantuan alat dan bibit, tetapi juga pelatihan teknologi pertanian, inkubator petani muda, hingga kolaborasi dengan startup agritech.
“Kalau kita ingin pertanian yang bisa bersaing di masa depan, kita harus berinvestasi pada teknologi dan anak muda sekarang. Mereka ini harapan kita untuk membawa perubahan,” ucap politisi PDI Perjuangan itu.
Selain isu regenerasi petani, Ananda juga menyebut perlunya pemanfaatan lahan tidur yang tersebar di sejumlah daerah seperti Kukar, Paser, dan Kutim. Namun, menurutnya, pendekatannya harus berbasis data dan teknologi, mulai dari pemetaan digital, analisis kesuburan tanah, hingga integrasi ke pasar digital.
“Saya ingin pertanian di Kaltim ini bukan sekadar swasembada. Tapi jadi sektor yang modern, berdaya saing, dan menjanjikan secara ekonomi. Itu baru namanya revolusi hijau,” pungkas Ananda.
[ADV/DPRDKALTIM/ALI/SET]