SELAJUR.COM, Samarinda – Anggota DPRD Samarinda, Ismail Latisi, menyoroti kesenjangan sarana pendidikan antara sekolah di pusat kota dan wilayah pinggiran seperti Sebulu dan Palaran. Ia menegaskan bahwa mutu pendidikan di seluruh wilayah harus setara tanpa ada pembedaan perlakuan.
“Kualitas pendidikan di tengah kota dan daerah pinggiran harus sejajar, tidak boleh ada yang dianakemaskan atau dianaktirikan,” ujar Ismail, Kamis (13/2/2025).
Menurutnya, salah satu kendala utama adalah keterbatasan anggaran. Namun, ia menekankan bahwa alasan ini tidak boleh menjadi penghalang dalam meningkatkan sarana dan prasarana sekolah.
Komisi IV DPRD Samarinda juga mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) untuk mencari alternatif sumber pendanaan, seperti melalui bantuan keuangan (bankeu) dari Pemerintah Provinsi atau Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat.
“Pemerintah Kota sudah mulai mengarah ke sana, seperti pembangunan SMP 50 di Loa Bakung yang kini memiliki gedung baru. Ini harus terus berlanjut agar pemerataan pendidikan bisa tercapai,” tambahnya.Sekolah Unggulan sebagai Percontohan
Selain pemerataan pendidikan, Ismail juga menanggapi keberadaan sekolah unggulan seperti SMP 16 yang baru saja dibangun. Menurutnya, setiap daerah memang perlu memiliki sekolah percontohan sebagai acuan peningkatan kualitas pendidikan di wilayahnya.
“Daerah harus punya sekolah unggulan. Saat ini yang ditunjuk adalah SMP 16 sebagai sekolah terpadu yang memiliki jenjang SD hingga SMA. Tapi ke depan, harapannya di setiap kecamatan minimal ada satu sekolah unggulan,” jelasnya.
Meski begitu, ia menekankan bahwa sekolah unggulan tidak boleh menjadi satu-satunya prioritas, melainkan harus diikuti dengan peningkatan kualitas sekolah lain secara bertahap. DPRD akan terus mengawasi agar program ini berjalan sesuai harapan.
[ADV/RED/ALI]