Scroll untuk baca artikel
Ultah Selajur[/caption]attachment wp-att-2256">
Opini

Memoar Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur, Antara Ketakutan dan Kecintaan

247
×

Memoar Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur, Antara Ketakutan dan Kecintaan

Sebarkan artikel ini

Oleh : Arsiyah.(*)

NOVEL TUHAN Izinkan Aku Menjadi Pelacur’ ,Memoar Luka Seorang Muslimah karya Muhidin M. Dahlan. Menjadi kontrovesi. Selama, dua dekade ini. Mampu memantik obrolan, diskusi bahkan melahirkan opini-opini pembacanya.

Novel dengan 251 Halaman ini, sangat kontrovesi. Karena, judul dan isinya mampu membuat saraf kita bergetar, menguras emosi, dan membuka mata dari sisi gelap sebuah kelompok. Yang mengatasnamakan agama.

Hingga novel ini, diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar. Yang di sutradarai Hanung Bramantyo dengan judul Tuhan, Izinkan Aku Berdosa.

Novel yang memiliki kritik sosial, hingga menjadi favorit di kalangan mahasiswa dan aktivis tersebut. Menceritakan, tentang muslimah yang sangat taat kepada agama. Tetapi, pada akhirnya ingin menjadi pelacur.

Keinginannya, menjadi pelacur dikarenakan kekecewaan dirinya kepada Tuhan atas takdir dan masalah-masalah kehidupan yang didapat olehnya.

Setelah membaca halaman 224, menyadarkan pembaca bahwa sekian banyak di antara kita terdidik. Untuk takut kepada Allah SWT, bukan diajarkan untuk Cinta kepada-Nya.

Contohnya “kalau kamu ga sholat bisa masuk neraka loh”, “kalau ngelawan orang tua bisa dibakar di neraka”. Kita takut menjalani kewajiban ibadah karena sejak kecil ditakut-takuti oleh orang sekitar dengan neraka. Neraka itu api. Api yang membara. Seakan-akan image Allah SWT dihadapan kita. Sebagai ‘Sosok yang Jahat’. Inilah faktor, mengapa saat dewasa kita menjadi malas beribadah.

Lihatlah, betapa menyedihkannya hidup kita. Ibadah yang dilakukan berasal bukan dari kesadaran yang sempurna, tetapi berasal keinginan untuk masuk surga. Beribadah tersebut, muncul karena kita takut kepada hukuman-hukuman Allah SWT. Padahal ibadah dilakukan bukan karena adanya tekanan semata, tetapi lebih sebagai  bentuk pengakuan kelemahan dan pengakuan atas kekuasaan Allah SWT.

BACA JUGA:  Kasih Sayang Orang Tua Sepanjang Masa, Mau Uququl Walidain Atau Birrul Walidain ?

“Manusia-manusia yang bego pun makin bego dibuatnya dan tidak pernah tahu apa esensi dari ibadah itu sendiri. Maksud ibadah dan maksud penyembahan itu apa. Betapa sang manusia tidak tahu dan tak boleh tahu.

Padahal, manusia bukan boneka. Kalian kira Tuhan gila pujian dengan disujud-sujudi setiap hari. Aku hanya ingin tahu, hanya ingin mengerti barang sedikit, apa maksud Dia menciptakan aku. Salahkah aku bertanya demikian?”

Oleh karena itu, penting bagi pendidik atau orang tua, mengenalkan kasih sayang AllahSWT  dibanding mengajarkan hukuman dan siksaan. Yang dimulai semenjak kecil. Dari dia belum bisa bicara dan berpikir secara sempurna. Konsep ketegasan Allah SWT, memang penting dikenalkan, tapi ada waktunya.

Mari tanamkan mindset baik dalam diri anak agar mereka paham bukan takut karena segala sesuatu yang datang dari kasih sayang dan kesabaran akan memunculkan kesadaran, sedangkan segala sesuatu yang datang dari ketakutan akan memunculkan trauma.(*)

*Penulis merupakan seorang Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konsling Islam dan Kader Rayon Dakwah PMII Komisariat UINSI Samarinda.

Note: Semua Isi dan Topik Artikel/Opini yang diterbitkan, merupakan tanggung jawab penulis (pemasang). Tidak Berkaitan/Mewakili Dengan Pandangan Redaksi SELAJUR.com.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!