SELAJUR.COM, KUTIM – Peningkatan kasus gagal ginjal akhir-akhir ini menjadi perhatian serius, terutama karena kondisi ini tidak hanya menyerang lansia, tetapi juga banyak ditemukan pada anak-anak.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur, dr. Novel Tyty Paembonan, menyebut bahwa faktor keturunan dan lingkungan berperan dalam risiko gagal ginjal pada anak-anak.
“Selain dari penyakit turunan, ada juga yang namanya dapatan, nah yang dimaksud dapatan ini adalah, setelah dia lahir terkena dari lingkungan sekitar. Maksudnya bisa terkontaminasi dari makanan,” ungkap dr. Novel, pada Senin (4/11/2024).
Ia juga menambahkan bahwa pola konsumsi makanan berlebih, serta minuman manis dan bersoda, sangat berbahaya bagi kesehatan ginjal. Masyarakat diimbau untuk membatasi konsumsi jenis makanan dan minuman ini demi mencegah risiko gagal ginjal.
“Mengonsumsi makanan berlebihan bisa menjadi penyebabnya juga, apalagi minuman yang bersoda dan manis, bisa diminum asalkan jangan secara terus menerus,” jelasnya.
Sebagai langkah preventif, pemerintah saat ini telah melarang iklan makanan dan minuman manis yang berlebihan. Menurut dr. Novel, regulasi ini bertujuan melindungi anak-anak dari risiko gagal ginjal sejak usia dini.
“Sekarang itu pemerintah (PP) sedang melarang mempublikasikan atau mempromosikan makanan yang sangat manis. Itu merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mencegah terkenanya batu ginjal anak di usia dini,” tandasnya.
dr. Novel berharap agar aturan ini segera diterapkan, sehingga upaya pencegahan gagal ginjal pada anak bisa berjalan lebih efektif.
[ADV/MII/SET]