Scroll untuk baca artikel
Ultah Selajur[/caption]attachment wp-att-2256">
Cerdik

“Jurit Malam Di Lapangan Terlarang”

213
×

“Jurit Malam Di Lapangan Terlarang”

Sebarkan artikel ini

Karya: Andi Falenggrungi.(*)


Dengan keberanian yang tersisa, Jaemin dan Haechan memutuskan untuk melakukan ritual yang ada dalam buku tersebut. Mereka harus membacakan mantra tertentu di tempat yang paling gelap di lapangan…….

(Sepenggal Cerpen Karya Andi Falenggrungi)

 

MALAM ITU , udara di hutan terasa lebih dingin dari biasanya. Jaemin, Jeno, Haechan, Renjun, Mark, Jisung, dan Chenle tujuh sahabat yang tergabung dalam satu kelompok pramuka berkumpul di sebuah lapangan terbuka yang terletak di tengah hutan yang rimbun.

Mereka sedang berkemah untuk merayakan akhir pekan yang telah lama dinanti. Lapangan ini, meskipun tampak biasa di siang hari, terasa aneh di malam hari. Setiap pohon yang mengelilinginya seolah menutupi langit, menciptakan suasana yang gelap dan sunyi. Suara angin yang berhembus pelan hanya menambah kesan sepi dan menegangkan.

Namun, mereka tidak merasa takut. Sebaliknya, ada semangat dan kegembiraan yang memancar dari wajah mereka, seiring dengan berbagai kegiatan yang mereka lakukan. Setelah makan malam bersama, mereka memutuskan untuk mengikuti tradisi lama pramuka yang disebut JURIT MALAM.

Tradisi ini mengharuskan mereka untuk berkeliling di sekitar lapangan dalam kegelapan malam. Meskipun ada sedikit rasa ragu di hati mereka, semua setuju untuk melakukannya. Tidak ada yang tahu bahwa malam ini akan menjadi malam yang sangat berbeda.

Lapangan tempat mereka berkemah ini memiliki sejarah yang jarang dibicarakan, bahkan oleh para pembina mereka. Beberapa orang bilang bahwa lapangan ini adalah tempat berkemah yang membawa kesialan.

Konon, banyak anggota pramuka yang hilang secara misterius di sini, dan hingga saat ini, tidak ada yang benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, bagi kelompok ini, cerita-cerita tersebut hanya dianggap sebagai mitos belaka.

“Ini pasti cuma cerita orang-orang tua dulu,” ujar Jeno, berusaha meyakinkan teman-temannya. “Tidak perlu khawatir tenang saja kawan-kawan ”

Namun, di balik sikap ceria mereka, ada rasa khawatir yang tersembunyi. Tidak ada yang tahu bahwa malam ini tak hanya cerita legenda yang akan terungkap, tetapi juga rahasia gelap yang tersembunyi di lapangan yang seolah-olah menyenangkan tapi penuh dengan misteri.

Yang konon orang-orang pun sering bertanya-tanya kenapa dan apakah yang membuat lapangan itu menjadi serasa angker.

Mereka mulai berkeliling di Lapangan, hanya dengan penerangan senter di tangan tanpa ada bantuan penerangan lain. Suasana semakin mencekam saat mereka semakin menjauh dari tempat perkemahan mereka. Suara langkah kaki mereka yang berat dan teratur bersaing dengan suara hutan yang sunyi.

Setiap ranting yang patah dan angin yang berdesir di antara pepohonan membuat Jantung mereka berdegup kencang, dalam benak mereka apakah ini akan baik-baik saja tetapi seolah-olah mereka terdiam oleh kesunyian yang membuat bibir mereka menjadi kaku seribu bahasa.

Mereka sesekali saling bertatap mata memastikan setiap kondisi dalam keadaan baik-baik saja. Di awal perjalanan, semuanya terasa biasa.

Mereka tertawa dan bercanda dengan di iringi suara angin yang terkadang menghempaskan rambut mereka ke bagian telinga dan seolah-olah ingin membisikkan sesuatu bahwa ada yang akan mereka alami dibalik dinginnya malam.

Mereka mencoba mengusir ketegangan yang mulai muncul Namun, semakin lama mereka berjalan, semakin terasa ada yang tidak beres.

Tiba-tiba, Renjun merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ia berhenti sejenak dan menoleh ke belakang.

Halaman Selanjutnya >>>>

BACA JUGA:  Antologi Puisi "Karya Sultan Musa"
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *